Masjidil Aqsho: Jejak Para Nabi di Tanah Penuh Doa
Langit pagi Yerusalem begitu jernih, ketika langkah kaki seorang musafir menapaki halaman Masjidil Aqsho. Ia berhenti sejenak, menghirup udara yang menyimpan ribuan tahun kisah perjuangan, doa, dan cinta kepada Allah سبحانه وتعالى. Dari sinilah, sejarah panjang para Nabi berawal. Dari sinilah pula, perjalanan agung Isra’ Mi’raj Rasulullah ﷺ dimulai—peristiwa suci yang membuat Masjidil Aqsho tak pernah kehilangan tempat di hati umat Islam.
Masjid ini bukan sekadar bangunan tua di tengah konflik yang tak kunjung reda. Ia adalah simbol keteguhan iman, lambang persaudaraan umat, dan saksi bisu atas begitu banyak peristiwa besar yang mewarnai perjalanan dunia Islam. Siapa pun yang menapakkan kaki di halamannya akan merasakan getaran spiritual yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Di bawah kubah dan batu-batu tuanya, ada rasa damai yang tak ditemukan di tempat lain.
Sejarah Panjang yang Tak Pernah Padam
Sejarah Masjidil Aqsho begitu dalam dan luas. Berdiri di kota Yerusalem—kota yang menjadi persinggahan para nabi—Aqsho diyakini dibangun oleh Nabi Ya’qub عليه السلام, lalu disempurnakan oleh Nabi Sulaiman عليه السلام. Dalam perjalanan waktu, masjid ini menjadi pusat dakwah, tempat berkumpulnya para ulama, dan simbol kejayaan Islam di masa Bani Umayyah.
Namun sejarah tak selalu manis. Masjid ini pernah jatuh ke tangan pasukan Salib dan berubah fungsi menjadi gereja selama hampir satu abad. Tapi Allah سبحانه وتعالى berkehendak lain. Pada tahun 1187, Sultan Salahuddin Al-Ayyubi memimpin pasukan Islam merebut kembali Yerusalem dengan penuh kehormatan. Tak ada balas dendam, hanya syukur dan sujud di pelataran masjid. Sejak itu, nama Masjidil Aqsho kembali bersinar sebagai rumah ibadah yang mulia.
Masjidil Aqsho di Tengah Modernisasi Yerusalem
Kini, di tengah modernisasi dan hiruk pikuk politik dunia, Masjidil Aqsho tetap berdiri megah. Kubahnya yang berwarna perak bersinar di bawah langit Yerusalem, seolah mengingatkan manusia akan janji Allah سبحانه وتعالى bahwa rumah-Nya tak akan pernah hilang. Di sekelilingnya, kehidupan terus berjalan. Anak-anak Palestina bermain di halaman, para jamaah datang dari berbagai penjuru dunia, dan azan terus berkumandang setiap waktu.
Meski berada di kawasan yang sering dilanda konflik, kehadiran masjid ini justru memperkuat semangat umat Islam di seluruh dunia. Banyak peziarah mengatakan bahwa berkunjung ke Aqsho adalah pengalaman spiritual yang tak tergantikan. Ada sesuatu yang berbeda—perasaan dekat dengan para nabi, seolah waktu berhenti di tempat ini.
Spiritualitas dan Makna Cinta Tanah Suci
Berjalan di pelataran Masjidil Aqsho seperti menelusuri lembaran kisah cinta antara manusia dan Tuhannya. Di sinilah Nabi ﷺ mengimami para nabi sebelum naik ke Sidratul Muntaha. Bayangkan, setiap langkah di tanah ini adalah saksi bagi peristiwa luar biasa itu. Tidak heran jika setiap Muslim bermimpi bisa menginjakkan kaki di Aqsho setidaknya sekali seumur hidup.
Rasa haru, kagum, dan syukur bercampur menjadi satu ketika seseorang menatap ke arah kiblat pertama umat Islam ini. Tak sedikit peziarah yang meneteskan air mata, bukan karena sedih, tapi karena tersadar betapa panjang perjalanan iman yang telah dilalui umat Islam hingga hari ini. Di balik keindahan arsitektur dan sejarahnya, ada pesan yang mendalam: iman adalah warisan yang harus dijaga.
Harapan yang Tak Pernah Padam
Meski banyak cobaan menimpa, umat Islam tak pernah berhenti berdoa untuk Masjidil Aqsho. Mereka berharap agar tempat suci ini selalu dijaga, dilindungi, dan dikembalikan ke dalam kedamaian. Dalam setiap sujud di berbagai belahan dunia, doa untuk Aqsho selalu terselip, seolah menjadi tali tak kasat mata yang menghubungkan hati seluruh Muslim.
Bagi banyak orang, Aqsho bukan sekadar tempat ibadah—ia adalah identitas, cinta, dan simbol harapan. Mengunjungi masjid ini berarti kembali ke akar sejarah Islam, sekaligus menegaskan bahwa kasih sayang kepada tanah suci tak akan pernah pudar.
Penutup: Cahaya yang Tak Pernah Padam
Setiap kali matahari terbenam di atas kubah Masjidil Aqsho, bayangan jingga yang menari di antara dinding tuanya seperti mengingatkan kita bahwa cahaya iman tak akan pernah padam. Ia mungkin diuji, diguncang, bahkan dicoba untuk dipadamkan, tapi tak akan pernah hilang.
Masjid ini bukan hanya milik Palestina, tapi milik seluruh umat Islam di dunia. Dari generasi ke generasi, kisahnya akan terus diceritakan, agar dunia tahu bahwa tempat ini adalah rumah spiritual bagi semua yang mencintai Allah سبحانه وتعالى dan Rasul-Nya ﷺ.
Dan seperti sejak awal, Masjidil Aqsho akan selalu menjadi saksi bagi cinta, doa, dan keteguhan hati umat Islam — dari dulu, kini, dan selamanya. 🌙